Selalu prioritaskan real food untuk anak. Meski makanan cepat saji beredar dimana-mana, memudahkan rutinitas, dan lebih praktis disajikan, real food adalah solusi yang lebih sehat. Tapi apa sih yang dimaksud real food?
Istilah real food merujuk pada makanan alami yang tidak diproses sama sekali atau diproses seminimal mungkin. Tujuannya untuk menjaga nutrisi tetap maksimal karena biasanya nutrisi akan berkurang jika makanan diproses secara berlebihan.
Sayangnya Moms, mayoritas makanan dan minuman yang tersedia di pasaran adalah Ultra Processed Food (UPF), yakni makanan yang diproses berkali-kali dan ditambahkan gula, garam, pewarna, pengawet dalam jumlah besar.
Maka tak heran, mengonsumsi UPF dalam jumlah berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit seperti kanker, diabetes melitus tipe 2, obesitas, dan sebagainya.
Yuk sajikan real food untuk anak, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, daging, ikan, telur, dan produk susu yang minim proses. Berikut manfaat mengenalkan real food untuk si Kecil:
1. Membiasakan Anak Makan Sehat
Mengenalkan real food pada anak sejak dini akan membangun kebiasaan makan sehat yang akan dibawa hingga ia dewasa. Ia akan memilih rasa alami makanan daripada yang artifisial seperti junk food.
Sebaliknya, jika si Kecil terbiasa makan junk food, habit itu juga kemungkinan akan dibawa terus. Tentu masing-masing kebiasaan ini akan memberi dampak kesehatan jangka panjang. Moms mau yang mana untuk anak?
2. Menghindari Gula, Garam, dan Lemak Berlebih
Berdasarkan anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO), batas konsumsi untuk anak adalah:
Gula
- Anak usia 7–10 tahun: kurang dari 24 gram (6 sendok teh) per hari
- Anak usia 2–6 tahun: kurang dari 19 gram (4 sendok teh) per hari
Garam
- Anak usia 4–6 tahun: 3 gram (1/2 sendok teh) per hari
- Anak usia 7–10 tahun: 5 gram per hari
- Anak usia 11 tahun ke atas: 6 gram (1 sendok teh) per hari
Lemak
- Pria dewasa: 30 gram per hari
- Wanita dewasa: 20 gram per hari
- Anak-anak: kurang dari jumlah di atas
UPF cenderung mengandung gula, garam, dan lemak yang tinggi. Karenanya sesuai Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, produsen makanan olahan dan siap saji wajib mencantumkan informasi kandungan gula, galam, dan lemak untuk jadi panduan konsumen.
Mengkonsumsi UPF sesekali tidak apa, Moms, namun pastikan gula, garam, dan lemaknya tidak melebihi batas harian si Kecil ya. Lebih amannya, selalu prioritaskan real food untuk anak karena mengandung gula, garam, dan lemak alami.
3. Mendukung Tumbuh Kembang Optimal
Real food kaya akan vitamin, mineral, dan nutrisi penting yang mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak. Protein dari daging tanpa lemak dan ikan membantu membangun jaringan tubuh, sementara vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-buahan berperan penting dalam fungsi organ dan sistem kekebalan tubuh.
4. Menghindari Obesitas dan Penyakit Kronis Lain
Makanan olahan seringkali mengandung kalori tinggi sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas pada anak. Sebaliknya, real food yang kaya serat, protein, dan lemak sehat membantu menjaga berat badan si Kecil tetap ideal. Alhasil anak terhindar dari risiko penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung di masa depan.
Sebaliknya, Moms juga perlu ingat bahwa UPF yang tinggi gula bisa menyebabkan kerusakan gigi pada anak. Misalnya permen, coklat, atau gulali dapat memicu karies gigi.
Bagaimana Cara Memberikan Real Food untuk Anak?
Siapa bilang menyajikan real food selalu ribet? Gampang kok!
Moms bisa memulainya dengan mengganti camilan olahan si Kecil dengan buah-buahan segar. Sebagai variasi, Moms bisa mengolah makanan secara sederhana, seperti dengan mengukus atau merebus. Misalnya telur rebus, ubi jalar kukus, jagung rebus, brokoli rebus, dan banyak lainnya.
Source tambahan:
https://www.alodokter.com/ini-anjuran-konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-hari
Source image: freepik